Author: felecialrs, putiut
DON'T FORGET TO READ, COMMENT, THEN LEAVE PEACEFULLY
Tq
Bunyi suara alarm memecah keheningan kamar Aera. Di
tengoknyalah ponsel miliknya yang berada di samping bantal, lalu melihat waktu
yang tertera disana.
08.30.
Padahal dia ada kelas pukul 09.00 dan dia harus menjadi
asisten dosennya. Ia langsung bangun dan mengutuk dirinya sendiri yang semalaman
begadang menonton drama ditemani bir favoritnya. Segeralah ia menuju kamar
mandi dan membersihkan diri secukupnya. Tanpa mengingat makan lagi ia terus
berjalan keluar dari apartemen dan berjalan menuju ke halte bus.
Ia terus berlari menuju ke kelasnya sambil sesekali
menengok jam tangannya. Sudah tak mungkin lagi, dia benar-benar sudah
terlambat. Akhirnya ia sampai di depan pintu kelas, membenarkan nafasnya yang
terengah-engah dan memberanikan diri untuk membuka pintu.
Ceklek.
Masih banyak anak-anak yang sibuk berbincang-bincang satu
sama lain. Sibuk sendiri. Membaca buku. Atau mengerjakan tugasnya. Aera
menghela nafas lega. Ternyata sang dosen juga belum hadir. Ia pun cepat-cepat
menyalakan laptopnya, dan memasangkan ke proyektor. Menyiapkan untuk materi
hari ini. Lalu ketika sudah selesai, Ibu Dosen pun datang.
“Maaf anak-anak tadi malam ibu salah makan sehingga tadi
pagi Ibu harus bolak-balik ke kamar mandi. Semoga setelah ini ibu tidak akan ijin
untuk pergi ke kamar mandi lagi.” Ucapnya diikuti tawa anak-anak di kelas itu.
“Oke, Aera sudah kau siapkan?”
“Iya bu, sudah siap.”
Setelah dua jam akhirnya kelas itu pun bubar. Dia
tersenyum lega ketika ia membereskan laptop dan kertas-kertas tugas dari
mahasiswa lainnya.
“Um, Aera-ya.” Panggil Ibu Dosen.
“Ne?” jawab Aera seketika menghentikan aktivitasnya.
“Nanti ibu minta tolong lagi kamu siapkan untuk materi di
pertemuan berikutnya ya. Oh ya, dan tugas-tugas hari ini, tolong kamu bantu
koreksi. Tapi ingat koreksi yang benar ya. Dan jangan terlalu pelit lah dalam
memberi nilai, nanti ibu yang kena masalah. Okay? Baiklah kalau begitu ibu
pergi dulu ya? Gomawo Aera-ya.” Ucapnya sambil mengedipkan satu matanya, dan
pergi dari kelas itu.
Aera bahkan tak sempat untuk mengangguk dan menyanggupi
permintaan dosennya itu. Ia tak lagi tersenyum dan bahkan sekarang mulai
menggerutui dosennya.
“Dasar dosen menyebalkan! Kalau semua yang ngerjain
asdosnya trus dia ngapain yaelah.” Gerutunya masih sambil membereskan
tumpukan-tumpukan kertas. Setelah beres ia pun segera keluar dari kelas itu.
Namun ketika ia keluar dari kelas seseorang pria menghadangnya. Seperti memang
ia sudah menunggu sejak tadi untuk bertemu dengannya.
Aera memandang heran ke arah orang itu. Tapi ia terus
memandang Aera dengan datar. Tanpa ekspresi.
“Em, maaf. Saya mau lewat. Permisi.” Aera berusaha
mengambil jalan lain untuk melewatinya. Tapi pria itu menghalangi jalannya.
“Maaf, siapa ya? Apa kita pernah ketemu sebelumnya?”
Tanya Aera masih dengan kesopanannya namun mulai sedikit kesal.
Pria itu menyodorkan sebuah kaleng kopi yang dingin,
terlihat kalau ia baru saja mengambilnya dari kulkas. “Buat kamu.” Lalu ia
pergi dari situ meninggalkan Aera dengan sejuta tanda tanya.
“Ap.. “ Aera memandang kaleng kopi itu, dan mencoba untuk
mengabaikannya.
Setelah meletakkan kertas – kertas dan… kaleng kopi itu
di lokernya, Aera pun pergi menuju kantin untuk makan siang. Nama lengkapnya
Jung Aera. Ia sebenarnya tinggal Gyeonggi tapi kuliah di Seoul sehingga harus
menyewa apartemen terdekat sebagai tempat tinggal sementara. Saat ini ia sudah
di tahun terakhirnya dan hanya mengurus tugas akhirnya. Namun mengingat ia
harus membayar sewa apartemennya ia juga bekerja paruh waktu di beberapa
tempat. Ia mau tak mau menjadi asisten dosen karena dosennya mengancam akan memberikan nilai buruk pada
tugas akhirnya.
“Hai Aera-ya!” sapa seseorang yang tiba-tiba duduk di
hadapannya sambil membawa makan siang.
“Hm.” Jawab Aera singkat tanpa memandang orang itu dan
melanjutkan membaca buku sambil sesekali menyuapkan nasi ke mulutnya. Menunya
hari ini bulgogi dengan kimci dan satu potong galantin.
“Pilih salah satu deh, baca buku, makan, apa jadi
pacarku.” Ujarnya sambil menurunkan buku yang di pegan Aera. Mau tak mau Aera
pun menoleh.
“Sehun-ah jangan ganggu!”
“Kamu nih, aku kan pengen ngobrol.”
“Ya ya ya, mau ngobrol apa deh? Kali ini cewek mana yang
kamu PHP in.”
“Aish, kapan aku PHP in cewek, mereka aja yang baperan.”
Ucap Sehun yang merupakan sahabat dekat Aera. Mereka sudah berteman dari kecil
dan kebetulan mereka juga sama-sama kuliah disana.
Aera tertawa mendengar jawaban sahabatnya itu. Ia tahu
Sehun bukan lelaki yang suka menyakiti hati perempuan. Dia begitu menyayangi
ibunya, sehingga dia tidak pernah sampai hati untuk menyakiti orang lain.
Karena saking dekatnya, mereka sering dibilang pacaran. Sampai-sampai pernah
ada adik kelas yang menyukai Sehun berani membuat ulah pada Aera. Tentu saja
Sehun sangat geram dan sejak saat itu juga ia menjauhi perempuan yang
mendekatinya.
“Oh iya, Sehun-ah.”
“Hm?” tanya Sehun sambil memakan sup ayamnya.
”Tadi, pas aku keluar kelas. Tiba- tiba ada yang ngasih
aku kopi. Cowok gitu. Aku gak kenal.”
Sehun menoleh. “Siapa?”
“Aku dah bilang gak kenal.”
“Tumben. Fans mu nambah lagi setelah tahun lalu.”
“Fans apaan?”
“Fans psikopat.”
“Yaelah, gak usah dibahas.”
Prang!
Tiba-tiba terdengar suara piring pecah dari arah
kejauhan. Sehun dan Aera menoleh bersamaan.
“Aku udah bilang jangan gangguin aku lagi!!” teriak
seorang gadis dari kejauhan, di dekatnya ada seorang lelaki yang tak asing lagi
bagi mereka.
“Tuh yang lagi diomongin nongol. Korbannya siapa lagi
deh.” Gerutu Sehun sambil kembali menyuapkan makanan ke mulutnya.
Aera memperhatikan kedua orang yang sedang berkelahi itu
dan melihat sang gadis pergi dari sana sambil menangis. Matanya mengikuti
kemana ia pergi, lalu mengikutinya.
“Aku duluan yah.” Ucap Aera sambil bergegas membereskan
buku ke dalam tasnya dan pergi.
“Ya, Aera! Makananmu belum habis, Jung Aera!” panggil
Sehun namun tak dihiraukan olehnya.
Setelah berlari-lari kecil, Aera pun sampai di dalam
kamar mandi. Ia membuka seluruh pintu kamar mandi yang kosong, dan hanya
tersisa satu kamar mandi yang pintunya masih tertutup. Terdengar juga dari situ
suara tangisan seorang gadis. Aera yakin itu si gadis yang ia cari.
Menit pun telah berlalu, Aera masih menunggu sang gadis
keluar dari kamar mandi. Begitu sang gadis keluar mereka saling
bertatap-tatapan. Gadis yang menangis itu mengabaikan Aera dan berjalan keluar,
namun terhenti ketika ia memanggilnya.
“Cowok tadi itu ngapain kamu sampe kamu nangis?” tanya
Aera.
Gadis itu berhenti. “Bukan urusanmu.”
“Well, ya aku pernah berurusan juga sama orang itu.”
Gadis itu perlahan berbalik. “Terus? Itu kan urusan kamu
dengannya. Aku gak peduli.”
“Aku bisa bantu.” Aera mendekat.
“Wait, emang kamu kenal sama aku?”
“Kita bisa kenalan?”
“Why do you even care?!”
“Entahlah. Mungkin karena aku tahu apa yang orang itu
bisa perbuat.”
Gadis itu tak bisa berkata-kata. Ia hanya menunduk.
“Kamu tahu, dia gak berhak kamu tangisin. Cowok brengsek
itu not even deserve you, okay?”
Gadis itu masih tetap menunduk lalu kembali menangis.
Aera memeluknya, dan tangisannya pun pecah.
"He's
everything to me..even dia nglakuin hal hal yang nggak masuk di nalar. Aku
tetep sayang dia." Gadis ini masih menangis di pelukan Aera.
"Aku
nggak tau apa yang udah ngrasukin kamu, tapi dia itu nggak pantes buat kamu.
Trust me. Dia bahkan bukan orang baik-baik." Aera berusaha menasehati
gadis yang masih saja menangis di hadapannya ini.
"Hey
sudahlah jangan nangis terus. Aku belikan minum. Ayo pergi dari sini."
Aera menarik lembut tangan gadis yang bahkan dia belum kenal itu pergi dari
toilet.
"Ah
maafkan aku. Aku malah menangis dipelukanmu hehehe. Kang Yeseul imnida, dari
tadi aku juga lupa memperkenalkan diri. Sorry." Akhirnya setelah beberapa
saat Yeseul memperkenalkan dirinya pada Aera.
"Gwenchanha,
aku tau kamu lagi emosi tadi. Namaku Jung Aera, kamu bisa panggil aku Aera.
Oiya, kalau kamu ada masalah sama napeunam itu lagi kamu bisa cerita ke
aku." Dan mereka pun mulai bertukaran id kakaotalk.
Belum
sempat Yeseul dan Aera sampai ke kantin untuk membeli minum, seorang lelaki
dari kejauhan memanggil Yeseul sembari berlarian kecil.
"Oppa
wae geurae ?" Yeseul mendekati pria itu.
"Aku
nyariin kamu dari tadi, telpon nggak di angkat. Ini kenapa matamu sembab ?
Nangis lagi ? Udahlah pulang aja kalo git--"
"Ih
lepasin tanganku. Aku mau sama Aera dulu--'
"Loh
Aera-ya ? Kamu kok bisa kenal adikku ?" Aera yang masih terdiam di
belakang Yeseul kini menampakan dirinya dan tersenyum ramah ke arah pria itu.
"Eh,
Park Chanyeol, orenmaniya." Sapa Aera.
"Iya
lama banget nggak ketemu kamu. Oiya sorry nggak bisa lama nih aku sama adikku harus
pulang dulu--"
"Ya
Park Chanyeol! Aku masih mau disini sama Aera." Yeseul keras kepala.
"Wait
wait, kalian ini kakak adik ? Tapi kenapa marga kalian beda ? Aku mana bisa tau
kalo Yeseul itu adekmu." Kini Aera mulai kebingungan dengan mereka berdua
yang tengah adu mulut.
"It's
a long story, i'll tell you next time. Aku harus pulang dulu kalo nggak nanti Chanyeol
bisa ngamuk. Well, nice to know you Aera." Yeseul dan Chanyeol pun pergi
meninggalkan Aera.
Sesaat
setelah Yeseul pergi, tiba-tiba saja orang yang sangat tidak asing bagi Aera
muncul begitu saja dari belakangnya. Membuat Aera nyaris berteriak.
"Kamu
tadi habis sama siapa sih ?"
"Ya
Oh Sehun!" gertak Aera sambil memukul punggung Sehun dan yang dikenai pun
meringis kesakitan.
Kang
Yeseul memang bukan adik kandung Chanyeol. Dia besar di Wina dan baru saja
tinggal di Seoul karena perusahaan milik ayahnya yang mengharuskan mereka
sekeluarga pindah. Yeseul dan Chanyeol memiliki ibu yang sama namun dengan ayah
yang berbeda. Walaupun saudara tiri, Chanyeol tetap menjaga dan menyayangi Yeseul.
Kini
mereka tinggal serumah di daerah Cheongdam-dong. Hanya mereka berdua tanpa
kedua orang tua mereka, karena orang tua Yeseul mengurus perusahannya di daerah
Busan. Akhirnya dengan sedikit percekcokan, Yeseul boleh tinggal di Seoul
dengan syarat harus tinggal bersama oppanya.
"Kenapa
kamu nangis lagi ?" Chanyeol membuka pembicaraan sesampainya mereka di
rumah.
"Cuma
cekcok biasa. Namanya juga orang pacaran ya pasti ada berantemnya." Yeseul
melemparkan dirinya ke sofa dan menghela nafas.
"Kalian
udah terlalu sering berantem nggak jelas. Kalau emang nggak bisa di pertahanin
kenapa tetep kekeh sih ?" Chanyeol mulai kesal dengan adiknya yang kini terlihat
acuh dengan nasehatnya.
"Geumanhaera..aku
nggak mau bahas itu lagi. Biar itu jadi urusan aku."
"Ya
Yeseul-ah! Kamu ni keras kepala banget sih!"
"Oppa
aku lagi males ribut! Ini bahkan juga bukan urusan oppa, so nggak usah
cerewet!" Sangat kesal dengan sikap Chanyeol, gadis ini pergi begitu saja
meninggalkan kakaknya yang masih terdiam di sofa.
"Aku
gini karena aku sayang kamu Yeseul-ah. Kamu satu satunya keluarga yang aku
punya." Namun terlambat, Yeseul sudah pergi meninggalkannya sendiri.
Yeseul
berdiri di depan apartement yang tak asing baginya. Ia terlalu takut untuk
melangkahkan kakinya memasuki gedung itu. Lama Yeseul menatapnya hingga dia dikejutkan
oleh pemandangan yang membuat hatinya hancur.
"Byun
Baekhyun...neon..." lirih Yeseul berkata. Ia masih menatap pria itu tanpa
berani mendekatinya.
"Kang
Yeseul..kamu ngapain disini ?" Sadar dengan keberadaan Yeseul, pria itu
kini mendekati Yeseul yang masih terdiam.
"Baekhyun
oppa..geuge mwoya ? Oppa..daedab haejweo!" Suara Yeseul bergetar hebat
menahan tangisnya pecah. Baekhyun menghela nafas dalam.
Yeseul
menundukan wajahnya, tak kuat melihat Baekhyun bersama wanita lain.
"Oppa..dia
siapa ? Oppa tadi, tadi itu kalian ngapain ?" Yeseul menatap Baekhyun
hampa.
"Okay..Kang
Yeseul-ah it's over. Kita udah selesai yaa ? Udah ketawan semua kan ? Aku dan
Nam Jangmi emang selingkuh."
"How
dare you Byun Baekhyun ?!" Pecah sudah tangisan Yeseul di hadapan pria itu
dengan wanita yang masih berdiam di belakang Baekhyun.
Bukannya
berusaha meredakan tangis Yeseul, Baekhyun malah hendak pergi meninggalkannya
sendiri. Namun dengan sergap tangan Yeseul menarik lengan Baekhyun.
"Oppa
kajima..oppa jebaal kajimaa!" Sekuat tenaga Yeseul menahan Baekhyun tapi dengan
kasarnya pria itu menepis tangan Yeseul.
"Geumanhaera!
Harus berapa kali aku udah nggak mau sama kamu lagi. Paham nggak sih ?!"
BUK! Tiba-tiba terdengar suara pukulan yang sedikit
keras.
"Woy
kalo sama cewek jangan main kasar!!" Tanpa di duga seorang pria memukul
Baekhyun hingga tersungkur.
"Harus
berapa kali aku berurusan sama orang tengil yang nggak bisa menghargai cewek kayak
kamu sih ?!" Lagi-lagi pria itu menendang Baekhyun yang masih tergeletak.
Wanita
yang bersamanya sudah pasti histeris dan terus meneriaki pria ini hingga orang
orang memperhatikan mereka.
"Ayo
pergi dari sini." Pria itu menarik tangan Yeseul dan meninggalkan Baekhyun
beserta wanita itu.
"Take
me off!! Who are you ?"
Pria
itu tak memperdulikan Yeseul yang mulai berontak. Ia tetap memaksa gadis ini memasuki
mobilnya.
"I'll
take you home, you're safe with me." Gadis itu pun luluh dan mengikuti
perintah pria ini.
To
Be Continue …
Comments
Post a Comment