My Love, My Kiss, My Heart (Chapter
4)
Chapter
4
Title:
My Love, My Kiss, My Heart
Author:
ggamjongin ^^ Ide by : byunlighters
Genre:
drama, romance, comedy
Length:
Chapter
Main
Cast: Kim Jongin / Kai (EXO), Laras (OC), Puspa (OC), Wu Yifan / Kris (EXO),
Kim Yejin
Author POV
Keesokan harinya,
mereka tidak ada jadwal kegiatan apa – apa. Jadi mereka pun
memutuskan untuk tinggal dirumah. Lalu, tiba – tiba ada yang mengetuk pintu.
“Aish, siapa sih pagi –
pagi sudah mengetuk pintu.” Gerutu Laras sambil berjalan menuju ke arah pintu.
Karena semalam Laras tertidur di
sofa ruang tengah, jadi dia juga yang paling mendengar suara ketukan pintu
diluar. Ketika Laras membuka pintu, awalnya belum terlalu jelas, karena matanya
masih lengket. Tapi ketika lama – lama membuka matanya, ia menyadari siapa
mereka.
“Eoh, appa, eomma! Kyaa~” teriak
Laras heboh sambil memeluk kedua appa dan eommanya.
“Kak, kenapa cuma papa mama yang
dipeluk.” Gerutu seorang anak laki – laki.
“Ya! Saeng! Kau juga ikut ternyata.”
Kata Laras yang langsung memeluknya. “Kenapa kalian mau kesini tidak bilang –
bilang dulu, eoh?”
“Kami kan hanya ingin memberi
kejutan.” Kata eomma Laras.
“Arraseo, ya sudah kalian masuk dulu,
biar kubawakan barang – barangnya.”
“Ah, tante. Annyeong.” Ucap Puspa
yang baru saja bangun dari tidurnya. “Loh, tante kok kesini tiba - tiba? Papa, Mamaku tidak ikut kesini?”
“Tentu saja mereka ikut. Itu mereka.”
Tunjuk appa Laras kearah pintu.
“Woaaa, appa, eomma!” kali ini Puspa
yang mendatangi appa dan eommanya dan juga adik laki – laki seorangnya.
Setelah membiarkan kedua orang tua
Puspa dan Laras beristirahat, akhirnya Laras mulai menanyakan bagaimana cerita
mereka bisa sampai di Korea.
“Jadi, kemarin tiba – tiba ada yang
menelepon kami. Seorang paman. Dan ia berkata bahwa anak kami, kalian, diterima
menjadi sebuah trainee di salah satu agensi Korea. Pokoknya dia menjelaskan
semuanya.” Jelas Appa Laras.
“Ah, itu, iya. Appa, mian, aku belum
sempat mengatakannya padamu.” Kata Laras sambil garuk – garuk kepala.
“Iya, tidak apa. Tapi kuliah mu,
masih lanjut kan?”
“Tentu saja, appa.”
“Kalian berencana disini sampai
kapan?” tanya Puspa.
“Mungkin hanya 3 hari. Kami sudah
pesan tiket sepaket untuk pulang pergi, jadi tidak bisa berlama – lama disini.”
Kata eomma Puspa
“Oh, begitu ya.”
“Jadi, bagaimana keadaan kalian
disini?” tanya appa Puspa.
“Kami.. baik – baik saja kok. Kami
juga sangat senang bisa diterima di agensi milik Sooman ahjushhi itu.”
“Cepat ceritakan bagaimana kalian
bisa diterima di agensi itu?” kali ini eomma Laras yang bertanya.
Mereka pun akhirnya saling
melanjutkan perbincangan mereka.
Akhirnya 3 hari sudah berlalu dan
kedua orangtua Puspa dan Laras pun kembali ke Indonesia. Mereka hanya berpesan
supaya Puspa dan Laras bisa menjaga diri baik – baik di Korea.
Setelah kepulangan kedua orangtua
mereka, Puspa dan Laras pun kembali pada aktivitas mereka dalam kuliah, dan
juga trainee. Sebagai trainee, mereka juga harus menutup identitas diri mereka
sebenarnya. Maksudnya, mereka bisa keluar gedung, tetapi tidak ada yang boleh
tahu kalau mereka itu trainee.
Selesai kuliah seperti biasa, Puspa
dan Laras melanjutkan trainee ke gedung SM bersama. Setelah melihat jadwal di
pengumuman, mereka masih ada jeda waktu untuk break. Maka dari itu, mereka
berjalan menuju kantin SM dan memutuskan untuk makan siang. Karena sepulang
dari kampus mereka belum makan.
Ketika mereka duduk di bangku, tiba –
tiba ada dua orang gadis yang sepertinya juga trainee, dan mereka duduk bersama
mereka.
“Annyeong.” Sapa mereka ramah. Mereka
juga membawa makanan mereka. Sepertinya memang ingin bergabung dengan Puspa dan
Laras.
Laras dan Puspa hanya saling
bertatapan. Lalu menyapa mereka dengan canggung. “A.. annyeong.”
“Kenalkan kami, kami juga trainee
disini.” Kata salah satu diantaranya. Ia berponi, berwajah manis dan bermata
bulat.
“Ne, dan tepatnya kami juga berasal
dari Negara yang sama dengan kalian.” Jawab gadis disebelahnya.
“Mwo? Jincca?” tanya Laras kaget dan
dijawab anggukan cepat dari dua gadis dihadapannya. “Tapi, kenapa kalian
berbicara dengan bahasa Korea pada kami?”
“Hehe, itu biar kalian tertipu.
Haahaha.”
“Perkenalkan, Elita imnida.” Kata
gadis bermata bulat itu.
“Aku, Tary. Bangapta ne.” ucap teman
sebelahnya. “Kalian Puspa dan Laras kan?”
“Ne. Darimana kalian tahu?” tanya
Puspa.
“Tentu saja, kami tahu. Gosip kalian
sudah menyebar disini.” Kata Tary sambil mulai memakan makan siangnya.
“Gosip memang ada gossip apa ?” tanya
Laras bingung.
“Iya, kalian tahu, kalian satu –
satunya trainee luar yang beruntung. Maksudnya, beberapa tahun terakhir ini,
CEO SM jarang ada yang mau memberi tawaran. Mereka lebih mengutamakan audisi.
Tapi kalian? Kalian langsung ditawari oleh CEO SM. Keren!” ujar Elita.
“Ah, jincca yo?” tanya Puspa masih
tak percaya.
“Ne, tentor kalian juga dari member
EXO, kan? Hah, beruntungnya kalian.” Kata Tary.
“Iya, benar – benar beruntung.
Terutama kau, Laras. Tentormu kan Kai oppa. Aish, jincca, kau pasti sangat
senang dengan itu. Dia benar – benar keren!” seru Elita.
“Huh, sebenarnya tidak.” Gumam Laras
pelan.
“Apa?”
“Ah, aniyo. Tidak apa – apa.” Kata
Laras cepat sambil memasukkan sepotong kogi yang masih panas. “Aakk, panas,
panas!”
“Pelan – pelan makanya.” Ucap Puspa
sambil memberikan tissue padanya.
Ternyata di meja lain, ada seseorang
yang juga sedang membicarakan mereka.
“Siapa sih mereka?” tanya seorang gadis dengan nada ketus.
“Kau tidak tahu? Mereka kan trainee
baru yang ditawari dari CEO SM. Benar – benar beruntung.”
“Seberuntung apa sih mereka. Mereka
juga tidak lebih dengan kita yang diplih langsung oleh Sooman ahjusshi.” Kata gadis
itu sambil memakan ramyeonnya.
“Sebenarnya mereka sama saja dengan
kita, Yejin-ah.” Kata teman dari gadis yang dipanggil Yejin itu.
“Aish, terserah lah. Oh ya, kau tahu
apalagi tentang mereka, Hyunmi-ah?”
“Hmm, tunggu sebentar.” Gadis bernama
Hyunmi itu tampak berpikir. “Ah iya, mereka di tentori oleh member EXO.”
Yejin, mendongakkan kepalanya dan
menatap Hyunmi dengan tatapan terkejut.
“Mwo?! Kau tidak bercanda kan?” tanya
Yejin panik.
“Ya! Kau biasa saja. Jangan seperti
itu. Ya tentu saja aku sungguh – sungguh.”
“Siapa? Siapa yang menentori mereka?”
“Hmm, Kris dan…… Kai.”
“Mwo? Kai juga? Aish, apa sih yang
ada dipikiran Sooman ahjushhi. Kenapa mereka yang harus menentori dua orang
itu. Arrgh!” geram Yejin.
“Tenang saja Yejin-ah. Aku tahu kau
tipikal orang yang seperti apa. Aku yakin kau tidak mungkin diam saja
menghadapi mereka.” Hyunmi mempengaruhi Yejin.
“Huh. Tentu saja. Aku tidak akan
tinggal diam.” Kata Yejin sambil menatap sinis keempat orang yang terlihat
saling tertawa. Terutama dengan orang yang berurusan dengan Kai.
“Hah, Kris oppa kapan mau mulai
mengajariku?” tanya Puspa yang berjalan menuju studio tari. “Aku telpon saja
lah.”
Puspa pun mulai menghubungi Kris.
“Oppa, eodiseo? Kita latihan kapan,
Jung seonsaengnim sudah menyuruhku untuk segera menghubungimu.”
“Baiklah,
kau dimana sekarang? Aku akan menyusul.” Jawab Kris deseberang sana.
“Aku sedang menuju studio tari.
Kutunggu disana ne.”
Setelah selesai menelepon, Puspa pun
segera berjalan menuju studio tari untuk berlatih sejenak.
Sedangkan disisi lain, Laras masih
seperti biasa mencari Kai. Sampai akhirnya ia menemukan Kai sedang duduk
dibawah pohon dan memasangkan sepasang headset ditelinganya. Tiba – tiba
terlintas di pikiran Laras untuk mengerjai, orang itu. Ia berjalan mendekatinya
lalu duduk disebelahnya. Sudah cukup lama Laras menunggu Kai untuk sadar. Tapi
sepertinya ia terlalu lelap dalam tidurnya. Dan suasana dibawah pohon itu
lumayan rindang, dan membawa suasana kantuk padanya. Akhirnya, lama kelamaan
dia ikut tertidur disampingnya, dan meletakkan kepalanya di bahu milik Kai.
Setelah sekitar satu jam disitu –
satu jam untuk Laras, dua jam untuk Kai karena ada gossip menyebar kalau Kai
tidur pasti bisa dalam jangka waktu lama, dan bisa dimana saja – akhirnya Kai
terbangun lebih dulu. Tapi ia merasa ada suatu beban di bahu kirinya. Saat ia
menoleh, sudah ia dapati Laras disampingnya. Rasanya ia ingin cepat – cepat
bangun dan meninggalkan gadis itu disini. Tapi melihat wajah tenang Laras saat
tertidur, ia pun mengurungkan niatnya. Lalu ia memutuskan untuk membangunkannya
pelan – pelan.
“Hey. Cepat bangun.” Kata Kai dengan
suara bassnya yang terdengar serak. Karena ia baru saja bangun.
Tidak ada respon.
“Hey. Aku harus pergi. Cepat bangun.”
Kata Kai sekali lagi dengan suara yang lebih keras, dan menepuk – nepuk pelan
pipi Laras.
Laras pun mulai menggeliat dan
terbangun dari tidurnya. Lalu melihat Kai duduk disebelahnya.
“Omo! Kau kenapa disini?” tanya
Laras.
“Huh, harusnya aku yang bertanya
begitu. Kau kenapa disini?”
“Aku.. aku.. tadi.” Laras bingung
mencari jawaban.
“Ah, sudahlah, aku mau pergi. Ada
latihan.” Kata Kai masih dingin seperti biasa.
“Ah, oppa, chakkaman!”
“Oppa? Kenapa tiba – tiba memanggilku
oppa?”
“Karena kau itu lebih tua dariku.”
“Oh. Ada apa lagi?”
“Aku ikut latihan denganmu ya?”
“Tidak. Ini latihan untuk grup. Bukan
latihan mandiri. Yang ada semua orang bingung melihatmu ikut latihan.”
“Tapi, kapan lagi kau akan
mengajariku eoh? Aku sangat membutuhkan bantuanmu oppa.”
“Kan aku sudah bilang padamu aku
tidak akan mengajarimu.”
“Lalu aku harus berlatih pada siapa?”
“Terserah. Itu urusanmu bukan
urusanku. Aku pergi dulu. Jangan cari aku.”
“Ya! Jangan pergi lagi, Jongin oppa!”
Seperti biasa, ucapan – ucapan Laras
tidak akan didengar olehnya. Laras pun segera berjalan pergi dari pohon itu.
Pohon yang secara tidak langsung sudah menjadi tempat kenangan mereka.
Bukan Laras namanya kalau ia
menyerah. Keesokan harinya, Laras terus membujuk Kai. Begitupun seterusnya,
seterusnya, dan seterusnya. Tapi seperti biasa ia hanya mendapat penolakan dari
Kai.
“Hah. Aku tidak tahu lagi harus
berbuat apa?” tanya Laras yang sudah hampir menyerah.
Saat itu ia sedang berdua saja dengan
Elita. Semenjak mereka bertemu, mereka menjadi teman dekat. Terlebih karena
mereka juga berasal dari Negara yang sama, itu membuat mereka lebih nyaman satu
sama lain.
“Aku tidak tahu ternyata Kai oppa
sekeras kepala itu. Kau harus terus mencoba Laras, jangan menyerah begitu
saja.”
“Ya memang harus begitu, tapi sampai
kapan?”
“Masih ada cara lain yang belum kau
coba.”
Laras mengikuti arah pandang Elita
dan arah pandangnya menuju ke 6 orang laki – laki yang terlihat sedang
menikmati makanannya. Semua orang tahu siapa mereka. Dan salah satu diantaranya
ada salah satu laki – laki bernama Kai.
“Cepat kesana. Bujuk Kai lagi didepan
teman – temannya. Kali ini Kai pasti tidak akan bisa mengelak karena ada teman
– temannya.” Kata Elita.
“Kau benar. Ayo!” ajak Laras sambil
menarik tangannya kasar.
“Mwo?! Kenapa aku ikut?” tanya Elita
yang mendadak kebingungan.
Laras dan Elita pun sampai di meja
itu. Laras juga sudah mulai mengenali wajah – wajah mereka. Ada Chanyeol, Suho,
Luhan, Chen, Tao dan laki – laki keras kepala itu. Kai. Jongin. Terserah lah.
“Annyeong sunbaenimdeul.” Sapa Laras
sambil memasang aegyonya. “Boleh kami duduk bergabung dengan kalian?”
“Ah, tentu saja, sini duduk.” Ajak
Suho.
“Ne, kamsahamnida.” Akhirnya Laras
duduk di sebelah Suho dan Elita duduk disebelah Tao.
“Namamu siapa? Kau trainee juga?”
tanya Tao pada Elita.
“N..ne. Choneun, Elita imnida.” Ucap
Elita malu – malu.
“Kalian sudah pesan makanan belum?
Biar kupesankan.” Tawar Chen.
“Sudah tidak usah repot - repot
sunbaenim.” Kata Laras.
“Tidak. Tentu saja tidak. Kan yang
membayari ini semua Luhan hyung.” Kata Chen.
“Mwo? Tega kau Jongdae.” Protes Luhan.
Laki – laki terimut yang berada di meja itu.
“Hahaha, bercanda hyung. Kai, kenapa
diam saja?”
“Memangnya aku harus bicara apa?”
jawab Kai ketus seperti biasa.
“Kau jangan tidak sopan seperti itu.
Kudengar kau tidak memperlakukan Laras dengan baik ya?” tanya Suho menyelidik.
“Siapa yang berkata seperti itu? Aku
biasa saja kok.”
“Lalu kenapa kau tidak pernah mau
mengajarinya? Benar – benar anak ini. Laras-ya, kau tenang saja, jika ada apa –
apa katakan saja padaku.”
“N..ne, sunbaenim.” Jawab Laras gugup.
Tapi ternyata dari kejauhan, ada
sepasang mata yang menatap tajam kea rah mereka.
“Huh, dasar perempuan tak tahu diri.
Sudah mulai berani ia mendekati oppadeul ku?! Lihat saja nanti. Kau dan teman –
temanmu akan hancur ditanganku!” geram perempuan itu.
Esok harinya, para trainee baru
kedatangan tentor baru. Tentor itu adalah salah satu grup yang ber agensi
dibawah SM juga. Grup itu ialah SHINee. Semua trainee sangat senang mendengar
hal itu. Lalu mereka segera berkumpul di auditorium untuk memulai latihan
mereka.
“Ne, annyeong haseyo, SHINee imnida.”
Ucap grup yang beranggotakan 5 orang itu.
Kyaaaa~ Kyaaa ~ kya~ teriak para
trainee layaknya seorang fans. Termasuk keempat orang yang duduknya tidak jauh
dari panggung, dimana SHINee berdiri.
“Nah, sesuai jadwal, kali ini, kami
berlima akan menggantikan seonsaengnim untuk melatih kalian.” Jelas Lee Jinki,
sang leader yang biasa dipanggil Onew. Ayam juga bisa.
“Ya. Jadi disini kami akan membagi
kalian pergrup sesuai kemampuan kami.” Lanjut Taemin.
“Misalnya, bagian vocal, dibagi dua,
salah satu bersama Onew hyung, dan satunya bersama ku.” Ucap member yang paling
narsis, Jonghyun.
“Untuk rap juga dibagi dua, ada yang
ikut Key-ssi, dan juga ada yang bersama ku.” Jelas member yang paling tinggi
dan bermata bulat itu, Minho.
“Aku juga akan membantu modeling
kalian nantinya.” Sambung yang paling terlihat fashionista, Key.
“Nah, untuk pelajaran menari atau
dance, ikut bersamaku.” Kata Taemin. Maknae, sekaligus main dancer SHINee.
Akhirnya pergrup mulai dibuat sesuai
part mereka. Tapi karena semua trainee harus mencoba belajar vocal, rap,
menari, dan modeling. Mereka menggunakan konsep roll. Jadi yang sudah belajar
bagian vocal, berpindah ke bagian rap, lalu bagian dance, begitu seterusnya.
Mereka berempat Laras, Elita, Puspa, dan Tary juga tetap bersama mengikuti
pelajaran special dari SHINee.
“Laras, kudengar Taemin dekat dengan
Kai loh.” Kata Tary.
“Jincca yo? Dari mana kau tahu?”
tanya Laras.
“Tentu saja dari internet. Tapi
sepertinya mereka memang dekat.”
“Oh, begitu ya. Lalu aku harus apa?”
“Pabo-ya! Kau kan bisa menanyakan hal
itu ke Taemin.” Sahut Puspa tiba – tiba.
“Ya! Hal tentang apa?” tanya Laras.
“Aduh, Laras. Kau kan bisa menanyakan
mungkin, kenapa Kai tidak pernah mau mengajarimu.”
“Hmm.. Memangnya dia mau menjawab?”
“Coba saja, siapa tahu berhasil.”
Saran Elita.
“Hey, kalian berempat jangan gossip
terus, ayo kita mulai latihan vocalnya!” panggil salah satu panitia pendamping.
“Ah, ne.” jawab mereka lalu berjalan
menuju kea rah Jonghyun untuk berlatih.
Latihan berjalan dari pagi hingga
sore hari. Mereka pun saling berpamitan dan kembali ke dalam kegiatan masing –
masing.
“Laras, cepat kau tanyakan ke Taemin.
Sebelum dia pulang dan kau menyesal.” Kata Elita yang lebih terkesan mengancam.
“Ah, ne ne. Jangan berkata seperti
itu. Kau membuatku ngeri.” Sahut Laras.
“Haha, ya sudah. Aku tunggu dikantin
ya. Bye~”
Laras pun mendekati Taemin yang
sepertinya sedang membereskan barang – barangnya sebelum ia meninggalkan SM.
“Chogiyo.” Kata Laras.
“Ah, ne. Ada yang bisa aku bantu?”
tanya Taemin ramah.
“Dia
benar – benar beda dengan Jongin oppa. Aish, kenapa dia tidak meniru hyung nya
ini?” batin Laras kesal.
“Ah, bagaimana ya, mengatakannya.”
Kata Laras sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ini tentang, K..
Kai-ssi.”
“Hm, Kai-ssi. Ada apa dengan dia?”
“Begini, apa dia menceritakan sesuatu
padamu? Kudengar kalian dekat.”
“Dia, memangnya kenapa?” tanya Taemin
bingung.
“Ah maksudku. Duh, maaf ya,
Taemin-ssi bukannya mau merepotkan, tapi aku ini trainee baru disini, dan
kebetulan Sooman ahjusshi menunjuk Kai-ssi untuk menjadi tentorku. Lalu..”
Laras memandang Taemin sejenak. Taemin masih menatap Laras, menunggu kelanjutan
ceritanya. “Maaf, aku malah jadi cerita begini padamu.”
“Haha, gwenchanayo. Oh ya, namamu siapa?”
tanya Taemin.
“Choneun, Laras imnida.”
“Ah, iya sepertinya Kai pernah
bercerita tentangmu.”
“Jeongmalyo? Dia bercerita apa?”
“Ya, kalau dia ditunjuk menjadi
tentor seorang trainee baru dan orang itu kau. Tapi ngomong – ngomong, apa
sebenenarnya yang ingin kau tanyakan?”
“Aku hanya ingin tahu, kenapa ia
selalu menghindariku saat aku mengajaknya berlatih. Ia selalu mengatakan bahwa,
dia tidak akan menjadi tentorku. Memang salahku apa? Aku kan jadi bingung,
harus meminta tolong pada siapa. Kalau aku mengadukan hal ini ke Sooman
ahjushhi pasti Kai-ssi akan dimarahi.
“Ya, dia juga menceritakan tentang
hal itu padaku.Jadi begini Laras-ssi,sewaktu jaman trainee dulu,
dia adalah salah satu trainee yang paling rajin.Ia selalu datang pagi –
pagi untuk berlatih. Mengerjakan segala hal yang
diperintahka nseonsaengnim dengan baik.Yah, berbed adenganku yang
melakukan segalanya dengan pasrah. Hehe. Lalu, suatu hari, ada seorang anak kecil yang
meminta Jongin untuk mengajarinya menari. Selama latihan, Kai
selalu memforsir anak itu untuk selalu latihan, tanpa mengetahui kesehatan sang anak.
Setelah beberapa minggu mereka berlatih keras, anak itu tiba –
tiba terjatuh saat sedang menari. Dan setelah Kai membawa anak itu kerumah sakit,
dia baru tahu kalau ternyata si anak memiliki penyakit jantung. Selang beberapa hari ia dirawat di rumah sakit,
akhirnya ia meninggal dalam tenang. Di saat itulah, Jongin mulai takut jika ada yang
memintanya untuk mengajarinya menari, apalagi orang asing yang
sama sekali belum pernah ditemuinya.” Jelas Taemin panjang lebar.
“Ah begitu ya. Aku tidak tahu kalau
kisah Kai-ssi sekelam itu. Harusnya aku mengetahui ini dari awal.”
“Tidak apa, Laras-ssi. Yang penting
kan, kau sudah tahu sekarang.” Balas Taemin sambil tersenyum.
“Hey, maknae, kau tidak mau pulang?”
tanya Key.
“Ah, hyung. Ini, aku sudah bersiap
untuk pulang. Hm, Laras-ssi, senang mengobrol denganmu. Aku pergi dulu ne?”
“Annyeong.” kata Key kemudian.
Setelah keluar dari auditorium, Laras
berjalan melamun, dan masih memikirkan ucapan Taemin.
“Hmm, sebegitu menderitanya Jongin
oppa.” Gumam Laras. Hingga akhirnya ia melihat Kai lewat menuju ruang studio
tari. Dia sempat bertatap – tapan dengan Laras.
Laras pun dengan senyumnya yang lebar
melambaikan tangannya kearah Jongin. Namun hanya dibalas tatapan dingin nan
sendu darinya. Laras hanya bisa tersenyum kecut dan memaklumi hal itu. Lalu ia
melangkahkan kakinya menuju ke kantin.
“Hari ini jadwalmu apa?” tanya Puspa
saat mereka sedang berada di apartemen.
“Ya begitulah, sepertinya aku akan
pulang malam. Kau duluan saja tidak apa.” Kata Laras.
Seperti yang dikatakan Laras, hari
ini, jadwal latihan nya sampai malam hari. Walaupun tanpa Kai, ia kadang masih
belajar menari sendiri, tapi itu tidak maksimal. Selesai berlatih dengan Kang
seonsaengnim, guru vocal, ia pun menuju ke loker untuk mengambil jaketnya dan
bersiap – siap untuk pulang. Tapi tiba – tiba ia merasakan sesuatu yang aneh.
Seperti ada orang yang mengawasinya.
“Ah, siapa disana?” tanya Laras
menengok kanan dan kirinya. Tetapi tidak ada siapa – siapa.
Laras yang cuek pun mengabaikan hal
itu, dan kembali untuk mengambil jaketnya. Setelah mengunci lokernya, ia
kembali merasakan ada sesuatu yang lewat. Ia mencari kemana – mana tidak ada.
Sampai akhirnya, ada yang menarik tangannya kasar dan melemparkannya ke pojok
lorong. Laras sangat terkejut tetapi ia tidak bisa mengenali siapa orang itu.
Yang jelas dia perempuan.
“Kau… siapa?” tanya Laras ketakutan.
Perempuan itu hanya menyunggingkan
senyum liciknya dan mengambil sebuah pisau kecil dari sakunya.
To Be Continue…
Hehehe, kali ini dan seterusnya ga pake cover yah, males bikin huhu. Gimana - gimana? Maaf kalo aneh wkwk cuman bisa kayak gini hahaha. Ohya, jangan lupa read comment leave yah :3
Preview Next Chapter...
“Maumu apa?!”
“Apa kau masih tetap tidak ingin mengajariku?”
“Tentu saja. Lagi pula, mau aku minta tolong dengan tentorku berjuta – juta kali juga tidak akan terkabulkan.”
“Ya! Kenapa kalian menatapku seperti itu?!”
“Aish. Kalian ini. Aku juga sebenarnya bingung harus berbuat apa. Aku takut kejadian masa lalu itu kembali terulang. Aku tidak ingin seperti itu.”
“Dia mengintip siapa sih?”
“Memangnya kau siapa menyuruhku seenaknya?”
Hehehe, kali ini dan seterusnya ga pake cover yah, males bikin huhu. Gimana - gimana? Maaf kalo aneh wkwk cuman bisa kayak gini hahaha. Ohya, jangan lupa read comment leave yah :3
Preview Next Chapter...
“Maumu apa?!”
“Apa kau masih tetap tidak ingin mengajariku?”
“Tentu saja. Lagi pula, mau aku minta tolong dengan tentorku berjuta – juta kali juga tidak akan terkabulkan.”
“Ya! Kenapa kalian menatapku seperti itu?!”
“Aish. Kalian ini. Aku juga sebenarnya bingung harus berbuat apa. Aku takut kejadian masa lalu itu kembali terulang. Aku tidak ingin seperti itu.”
“Dia mengintip siapa sih?”
“Memangnya kau siapa menyuruhku seenaknya?”
Comments
Post a Comment